Teman-teman TI'99,
Seperti yang telah gue janjikan di email no.229 …..….akhirnya gue sampai juga ke akhir dari proses refleksi itu, gue udah sampai lagi ke tapak di mana kita berdiri saat ini. (Maaf, harusnya janji gue sih seminggu yang lalu. Hanya setelah mendengar masukan dari beberapa kawan yang telah membacanya terlebih dahulu, ada beberapa bagian yang tidak perlu yang gue hilangkan. Tambahan lagi, gue juga sempat sakit 4 hari minggu lalu….jadinya….ya….. harap maklum….^_^) Meski tidak sempurna tentunya, namun karena waktu yang terus berjalan, gue putuskan bahwa inilah saatnya gue membagikan semua itu. Gue juga engga mau kalau misalkan ini ditunda-tunda lebih lama lagi (demi mengejar kesempurnaan itu), kemudian pada saatnya nanti gue kembali ke tapak semula, ternyata gue telah tertinggal lagi beberapa tapak ke depan. (Cape ah…ketinggalan terus….^_^)
Inilah hasil dari semua refleksi itu,….. refleksi dari hasil melihat, mendengarkan, merasakan, memikirkan, mencermati, mengunyah, mengecap, menelusuri semuanya itu ;…….. yang tentu saja sifatnya subjektif dan jauh dari sempurna. Agar nilai subjektifnya tetap terlihat (hasil refleksi orang bisa beda-beda lho!) , maka anggaplah saja bahwa ini adalah sebuah 'opini' dari gue. Lumayan agak 'berat' dan mungkin dapat menimbulkan 'intepretasi' yang berbeda-beda dari tiap-tiap pribadi yang membaca ini. Tapi perlu gue tekankan sejak awal, apa yang mau gue utarakan di sini adalah 'murni sebuah opini dari gue sebagai seorang pribadi', tanpa bermaksud untuk menggurui, bukan untuk menjadikannya sebagai sebuah pandangan bersama, dan bukan juga untuk mengindoktrinasikan sebuah pengertian. Di dunia yang (...katanya) demokratis ini, bukankah setiap orang bebas beropini ? Dan bukankah setiap orang pun bebas untuk 'mencerna' opini siapa saja sesuai pikiran dan keinginannya masing-masing ?
Jadi, di sini masalahnya nanti bukan benar atau salah, bukan setuju atau tidak setuju. Semua 'bebas-bebas saja' untuk 'mengunyah' opini gue ini dengan 'cara mengunyah' masing-masing, … dari sudut pandang masing-masing. Dan bagaimanapun 'hasil kunyahan' itu nantinya, gue engga akan (dan memang engga boleh…) protes. Harapan gue cuma satu, semoga opini gue ini sedikit banyak 'bisa' (…itu pun kalo bisa) meluruskan apa yang selama ini belum lurus-lurus, menjernihkan apa yang selama ini belum jernih-jernih. Tapi seandainya engga bisa pun, ya engga apa-apa, karena kembali lagi, masalah lurus atau tidak lurus, masalah jernih atau tidak jernih, itu kembali lagi ke hak tiap-tiap pribadi yang 'bebas-bebas saja' untuk mengatakan (…dan merasakan) apakah sesuatu itu lurus atau tidak lurus, jernih atau tidak jernih. Kalau memang pada akhirnya nanti terjadi seperti itu (dalam artian yang satu bilang udah lurus…yang lain 'kekeuh' bilang belum, yang satu bilang udah jernih…yang lain ngotot bilang belum),.…ya biarkan saja sesuatu yang memang 'relatif' itu tetap 'relatif'. Dunia yang indah ini memang penuh relativitas bukan ? Anggaplah ini hanya sebagai sebuah 'niat' dan 'usaha' mencari sebuah kata 'kompromi' di tengah relativitas yang indah itu.
======================================================
Kawan, dalam perjalanan menyusuri kembali tapak-tapak itu ….. sejak tapak pertama dulu di mana kita mulai melangkah, gue menemukan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang tercecer di tengah jalan. Mungkin salah satunya sempat terpikirkan atau malah dipertanyakan sendiri oleh teman-teman , dan karena tidak sempat terungkapkan, jadinya tercecer. Nah, di sini gue mencoba memunguti kembali 'yang tercecer' itu satu demi satu. Semoga saja tidak ada yang terlewatkan.
"Sebenernya… buat apa sih kita semua ada di sini ? Buat kuliah menuntut ilmu demi masa depan ? Lantas, buat apa coba ada 'tetek bengek' seperti misalkan kegiatan ospek, yang hanya seperti sebuah 'pemaksaan kekompakan' belaka ? Supaya angkatan kita kompak ? Emang… siapa coba yang minta dikompakin? Gue engga pernah minta kok! Kalo gue engga pengen en engga butuh kekompakan angkatan … terus mau apa ? Apa lantas gue engga boleh kuliah di sini ? Seinget gue… pas gue daftar ke TI Unpar ini, engga ada tuh aturan yang mewajibkan kita harus kompak di TI Unpar ini (kalo engga percaya, lihat lagi deh surat perjanjian pas kita daftar dulu yang ditempeli meterai itu). Yang penting kan gue bisa kuliah dengan bener, dapet IPK bagus, ya bisa lulus, udah ... titik!. Engga ada kan yang namanya IPK versi II (Indeks Prestasi Kekompakan) ? Terus… apa pula itu yang namanya 'status' himpunan dan non him ? Emang fakultas ngeharusin kita tuh jadi anggota himpunan baru boleh kuliah di sini ? Apa kalo gue engga mau (..dan memang engga butuh) ikut ospek en gara-gara itu gue 'dianugerahi' status non him, terus gue harus 'dikucilkan' di TI Unpar ini, seperti layaknya kasta sudra dan paria di India sana ?Busyet….di masyarakat kita aja engga ada kan yang seperti itu ? Sebenernya… aturan-aturan (….atau bahkan sudah menjadi tradisi ?) 'janggal' itu datengnya dari mana sih ? Terus, gara-gara ospek itu pula, muncul lagi 'tetek bengek –tetek bengek' lainnya seperti kekompakan angkatan lah, ketua angkatan lah, … terus ada lagi kegiatan-kegiatan angkatan lainnya, buat apa sih semua itu ? Emang hal-hal seperti itu tuh bisa ningkatin IPK kita, yah? Kalo iya sih… gue juga setuju-setuju aja,… tapi ini sih keliatannya kagak tuh ! Terus… mentang-mentang gue masuk ke TI Unpar angkatan '99 ini, gue sepertinya 'dipaksa' untuk distempel atau ditempeli label 'TI'99' di jidat gue. Kalo hanya sekedar 'sebutan' atau 'identitas' sih engga masalah (apalah artinya sebuah nama…). Tapi ini sih rasanya apa-apa yang 'berbau' atau 'memakai' (embel-embel) nama angkatan TI'99… sepertinya jadi 'mengikat' gue. Apa-apa yang berhubungan ama label TI'99 itu jadinya seperti 'mewajibkan' gue untuk mengorbankan segala sesuatu (…hanya) demi sebuah nama 'angkatan TI'99'. Nama 'TI'99' sendiri jadinya berkesan sakral en engga boleh dipake sembarangan. Emang siapanya gue coba, orang tua gue bukan, saudara gue juga bukan,… eh malah ingin ngatur-ngatur gue kudu ngelakuin ini itu, harus aktif lah di kegiatan angkatan, harus ngedukung angkatan lah, dan banyak lagi 'harus-harus' yang lainnya. Terus… kenapa pula di sini (…perlu) muncul istilah 'cinta angkatan' lah, terus ada anggapan kalo engga mau ikut aktif di kegiatan angkatan lantas bisa dicap 'subversif' en engga dianggap bagian dari angkatan…,emang siapa sih yang butuh untuk jadi bagian dari angkatan ? Mau jadi bagian atau engga, itu hak-hak gue juga bukan ? Apa-apaan sih semua tetek bengek kaya gitu? Ke sini tuh mau belajar atau buat yang aneh-aneh gitu, Mas ? Emang kita tuh di sini mau bikin sebuah negara 'Republik TI'99' dengan si ketua angkatan jadi presidennya? Terus ada golongan eksekutifnya, terus lagu angkatan dijadiin lagu kebangsaannya, terus ada undang-undang angkatan yang mewajibkan kita kudu gini atau gitu, terus ada semangat nasionalismenya untuk cinta en bela angkatan, dan bla..bla..bla lainnya ? Terus apa-apa yang (…kelihatannya sih) dimusyawarahkan dalam 'sidang MPR'-nya, lantas gue harus 'tunduk-tunduk' aja ama apa pun yang ditentukan minimal 2/3 dari anggota TI'99 ? Kalo guenya engga mau, engga nurut…..mau apa coba ? Mau nuntut gue ? Emang ada yang bakal ngehukum gue kalo gue engga datang ke acara angkatan misalnya ? Emang gue bakal dikeluarkan dari TI Unpar kalo engga jadi supporter tim sepak bola TI'99 misalnya? Emang gue bakal terus dikejar-kejar dan dipaksa-paksa kalo engga mau beli buku angkatan ? Emang ada yang bisa menekan dan mengancam gue untuk beli pin angkatan, untuk bayar patungan acara ultah angkatan, dll … kalo emang dari dalem hati gue sendiri gue engga mau (…dan engga butuh) semua itu ? Engga ada yang berhak mengatur-ngatur gue kan selain diri gue sendiri ? Gue bayar kok kuliah di sini, terserah gue dong mau gimana en mau ngapain di sini. Sepanjang gue engga ngeganggu hak-hak orang lain di sini, gue sah-sah aja kan ngelakuin apa yang gue mau…. en engga ngelakuin apa yang gue engga mau ? Apa karena gue (…dipaksa) 'berlabel' TI'99, lantas gue harus 'ngangguk' aja ama segala sesuatu yang juga 'berlabel' TI'99 ? Apa sih yang mengharuskan gue melakukan apa yang ditentukan 'suara mayoritas' di sini ? Apa coba yang memaksa gue untuk 'masuk' ke dalam komunitas TI'99 ini dan bahkan memaksa gue harus 'aktif' di dalamnya ? Gue berhak menentukan apakah gue 'satu hati dengan TI'99' atau engga bukan ? Gue masih berhak bukan untuk memilih apakah gue 'bagian tak terpisahkan dari angkatan TI'99' atau bukan ? Dan kalau gue memutuskan bukan, gue juga masih berhak kan untuk kuliah dengan 'nyaman' di TI Unpar ini ? Kalau gue engga mau ( atau …engga butuh) aktif di kegiatan angkatan, gue masih berhak 'berlari bebas' tanpa terbelenggu ikatan apa pun bukan ?"
Nah, kawan, gue percaya kalo (…paling sedikit) satu dari sekian banyak pertanyaan-pertanyaan di atas (…. setidaknya) pernah mengusik hati teman-teman semua , namun karena tidak terungkapkan, ya itu tadi…. tercecer di tengah jalan. (Atau… mungkin masih ada juga yang menyimpannya rapi-rapi, tapi 'malu-malu' untuk ngasih liat, hehehe…^_^….) Di sini gue bukan ingin memberi jawaban ataupun solusi atas pertanyaan-pertanyaan itu, juga bukan ingin menanamkan suatu cara pandang tertentu terhadap cara menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Yang ingin gue bagikan di sini adalah murni opini gue, bagaimana pengalaman pikiran dan perasaan gue sendiri dalam mencermati pertanyaan-pertanyaan itu. Terserah apakah nanti teman-teman pada akhirnya merasa 'terbagikan' atau tidak, itu kembali ke hak tiap-tiap pribadi. Jadi sekali lagi gue ingatkan, HATI-HATI mencerna paragraf-paragraf berikutnya, jangan 'terhanyut' oleh kata-kata subjektif gue dan 'menelan bulat-bulat' opini-opini berikut yang semuanya murni berdasarkan jalan pikiran gue sendiri. Para filosof yang bijak pun pernah mengatakan bahwa : "pengertian yang terbaik adalah pengertian yang tumbuh dari dalam diri masing-masing, bukan pengertian yang ditanamkan oleh orang lain". Karena itu, tetaplah bertahan pada pikiran, perasaan, dan cara mencerna masing-masing pribadi teman-teman sendiri, OK?
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Memang ada benarnya juga kalo ada yang bilang bahwa kita semua ada di sini tuh pada dasarnya untuk satu tujuan utama, yaitu 'kuliah menuntut ilmu demi masa depan', lain tidak. Kita bayar uang kuliah mahal-mahal, kita bela-belain datang jauh-jauh ke sini, buat apa lagi memang semua pengorbanan 'tenaga, waktu, dan pikiran' itu kalo bukan buat tujuan utama tersebut di atas? Nah, karena kita sama-sama udah bayar uang kuliah mahal-mahal, 'konsekuensi logis'nya kan kita juga jadi punya hak dan kewajiban yang sama untuk kuliah di TI Unpar ini.
Apa hak kita ? Tentu saja untuk bisa kuliah dengan nyaman di sini. Nyaman yang seperti apa ? Yang membuat kita bisa kuliah dengan baik hingga kita bisa lulus nanti. Maka dari itu, di sini kita juga boleh mendapatkan hak-hak akademis kita, menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada, memperoleh pelayanan sebagaimana mestinya, dan hal-hal lain yang mendukung proses kuliah tersebut. Mengenai hal-hal itu, semuanya juga udah tahu bukan ?
Lantas, apa kewajiban kita ? Harap dicatat lho teman-teman, kewajiban kita di sini tuh hanya menaati semua peraturan fakultas atau universitas yang telah ditetapkan dan kita setujui hitam di atas putih saat kita mendaftar, lain tidak. Jadi engga ada yang namanya kewajiban untuk menjadi anggota himpunan, kewajiban untuk masuk ke dalam komunitas TI'99, kewajiban untuk menjadi 'bagian tak terpisahkan dari TI'99', kewajiban untuk 'satu hati dalam TI'99', kewajiban untuk mengikuti setiap kegiatan angkatan dan aktif di dalamnya, kewajiban untuk jadi supporter tim-tim TI'99, dll yang sama sekali engga pernah kita setujui hitam di atas putih dengan meterai dan tanda-tangan kita. Semua itu tuh bukan KEWAJIBAN… sama sekali bukan. Tetapi justru semua itu adalah HAK teman-teman di sini. Semua itu berhak teman-teman lakukan, berhak teman-teman peroleh…. kalau teman-teman memang benar-benar menginginkannya, membutuhkannya.
Tetapi di sisi lain, kita kembali lagi kepada hak setiap pribadi dari kita untuk bisa kuliah dengan nyaman di TI Unpar ini. Definisi kuliah dengan nyaman ini mungkin tidak terlalu berbeda untuk setiap orang, tetapi yang jelas… tiap-tiap orang juga tentu punya 'selera' dan 'cara' masing-masing untuk mencapai 'kenyamanan' itu. Nah, pernyataan 'kita semua sama' yang sering gue bilang dulu sebenarnya mengacu pada kesamaan hak tiap-tiap orang untuk mengejar 'kenyamanan' itu dengan selera dan caranya masing-masing (Jadi… tolong jangan diartikan gue mau meng-'komunis'-kan teman-teman, ya! ^_^). Di sini ada kebebasan bagi tiap-tiap individu untuk mengejar 'kenyamanan' itu dengan jalannya masing-masing, dan hak setiap orang di sini SAMA! untuk menjalankan kebebasannya masing-masing tersebut. Tapi dengan catatan : "elu boleh-boleh aja ngejalanin cara elu supaya elu ngerasa nyaman di sini, tapi elu juga engga boleh ngeganggu cara orang lain yang mungkin berbeda dengan cara elu. Elu sama sekali engga akan dipaksa pake cara orang lain, tapi elu juga engga boleh maksain cara elu ke orang lain." Inilah yang kita namakan : 'TOLERANSI'.
Biar engga bingung, gue langsung aja ke contoh nyatanya. Di TI'99 ini sendiri misalnya, setiap orang punya cara masing-masing dalam mengejar kenyamanan kuliah itu. Buat mengejar kondisi 'kuliah yang nyaman' itu, misalkan ada 'sebagian' (inget lho…sebagian, tepatnya berapa persen…itu engga jadi soal..) orang yang merasakan (…dan menyadari) bahwa mereka perlu membentuk suatu komunitas, sebuah dunia pergaulan tersendiri di kampus ini, sebagai 'wadah' atau 'sarana' mereka dalam bersosialisasi. Mengapa demikian ? Mereka menyadari, di kampus ini mereka perlu teman untuk berkomunikasi, untuk bergaul, untuk mengadakan kegiatan-kegiatan bersama, sehingga kuliah mereka terasa nyaman, mengasyikan, tidak membosankan. Karena itulah mereka membentuk suatu komunitas di mana mereka meleburkan diri di dalamnya, yang disebut angkatan TI'99. Dan karena itu memang sudah menjadi keputusan mereka untuk masuk ke dalam dunia TI'99, maka mereka tentu memerlukan dan mengusahakan apa yang namanya 'kekompakan' di dalam dunia mereka itu. Untuk apa ? Agar 'dunia TI'99' yang mereka butuhkan demi kenyamanan kuliah mereka itu dapat dipertahankan keberadaannya. Dan semua itu 'sah-sah' aja, karena memang sudah menjadi hak mereka.
Namun, ada juga sebagian teman-teman lain yang tidak memerlukan lagi semua itu. Bukannya mereka tidak suka dengan apa yang namanya kekompakan, (emang siapa sih yang engga suka ama sesuatu yang kompak, yang baik, yang teratur ?), dan bukan pula menganggap itu tidak penting (semua orang pasti punya hati nurani,…. tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik,…. mana yang penting dan mana yang tidak penting !),…….. tapi masalahnya….mereka (mungkin) sudah punya atau sudah cukup memperoleh semua itu di luar kampus, di dunia mereka sendiri. Kita semua pun mungkin punya banyak dunia, ….ya dunia keluarga, dunia pergaulan luar kampus, dunia kegiatan gereja, dunia kegiatan olahraga, dunia kegiatan band musik, dunia organisasi luar kampus, dan salah satunya ..mungkin… dunia kampus itu sendiri. Tapi kembali lagi ke hak setiap orang juga bukan untuk menentukan , dunia mana saja yang ingin dia masuki ? Mungkin teman-teman yang engga mau aktif di kegiatan-kegiatan kampus atau jarang terlihat berkumpul bersama anak-anak di kampus, bukannya karena mereka emang orang-orangnya 'begitu'…. tapi mereka itu memang udah memutuskan untuk tidak terlalu jauh memasuki dunia kampus (artinya tidak mau terlalu berkecimpung aktif di dalamnya). Mungkin sudah terlalu banyak 'dunia' yang mereka masuki, dan itu sudah cukup bagi hidup mereka. Di kampus, mereka hanya butuh untuk kuliah dengan 'nyaman', itu saja. Mereka tidak butuh lagi segala sesuatu yang berbau 'angkatan' itu. Bukan tidak suka, tapi karena mereka memang sudah 'cukup' mendapatkan yang seperti itu di 'dunia-dunia' mereka sendiri. Bukan pula tidak butuh teman-teman di kampus atau tidak butuh bantuan orang lain (Siapa sih orangnya yang sanggup hidup sendiri ? Bagaimanapun, yang namanya manusia itu….pasti perlu teman juga !). Mungkin mereka juga perlu dan ingin berteman dengan siapa saja di kampus, tapi….. ya udah, itu saja, … engga lebih. Untuk lingkungan pergaulan di mana mereka berkumpul dan menghabiskan waktu bersama, mungkin sudah 'cukup' mereka miliki di luar kampus. Mereka mungkin bukannya males beraktif-aktif ria dalam kegiatan kampus, tapi mereka memang sudah terlalu aktif dengan seabrek kegiatan di luar kampus. Dan sekali lagi, semuanya itu pun 'sah-sah' aja, karena itu juga sudah menjadi hak mereka.
Nah, di sini sebenarnya engga masalah bukan bila teman-teman yang 'memang perlu' aktif di kegiatan kampus itu hidup berdampingan dengan damai bersama teman-teman yang 'udah engga perlu atau engga bisa lagi' aktif di kegiatan kampus ? Perbedaan seperti ini seharusnya sih engga jadi masalah, namanya juga orang, pasti beda-beda dong cara dia mengisi hidupnya. Ini hanya perbedaan jalan hidup orang aja, wajar bukan ? Jadi, teman-teman engga perlu memaksa teman-teman yang lain untuk 'harus aktif' di kegiatan-kegiatan kampus atau angkatan. Kalau memang itu pilihan mereka, ya udah, ..kita harus menghormati hak mereka. Teman-teman yang memang udah engga mau, engga perlu lagi (karena udah cukup mendapatkannya di luar kampus), atau memang udah engga sanggup lagi untuk ikut aktif di kegiatan-kegiatan angkatan, juga engga perlu ngerasa 'engga enak hati' atau ngerasa 'tertekan'. Beneran lho, engga ada yang maksa temen-temen harus begini atau begitu kok! Justru yang kita ingin tuh, temen-temen bisa ngerasa 'enak' kuliah di sini,…. bisa ngerasa 'betah',…. bukannya ngerasa 'tertekan' atau 'terikat' ! Pokonya bebas-bebas aja lah di sini, bikin suasana yang seenak-enaknya buat temen-temen. Yang penting temen-temen engga ngeganggu hak-hak temen-temen yang lain, dan temen-temen sendiri bisa ngerasa 'bahagia' di sini. Itu aja sebenernya yang penting.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
(Bagian ini agak 'nyimpang dulu' dikit, jadi kalo engga berminat baca, teman-teman boleh langsung lompat ke paragraf selanjutnya, OK?)
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Menyinggung masalah ospek yang sepertinya 'memaksakan sebuah kekompakan semu' itu, teman-teman tentu bertanya,….. kalau memang keputusan apakah kekompakan itu perlu atau tidak terserah pada hak masing-masing, lantas mengapa pada saat kita masuk kita sepertinya dipaksa untuk ikut ospek dan dipaksa juga untuk melebur dalam 'kekompakan semu' itu ? Gue sendiri pada dasarnya kurang setuju dengan adanya unsur 'pemaksaan' dalam ospek itu, apalagi dengan adanya pemberlakuan status non him bagi mereka yang tidak ikut ospek (Sekedar status..mungkin tidak masalah….tapi bila diperlakukan berbeda ?). OK deh, kalo misalnya ospek itu dikatakan emang syarat untuk diterima menjadi anggota himpunan. Nah, sekarang, keputusan mau atau engganya seseorang masuk himpunan, itu kan hak-hak dia juga. Mestinya, pas awal ditanya dulu dong, mau atau engga masuk himpunan. Kalo mau, … ya barulah harus ikut ospek; kalo engga, ya udah. Begitu kan seharusnya ? Namun…. di balik segala kekurangan dari segi teknis yang seabrek-abrek itu, secara praktis gue menemukan satu dari sedikit nilai positifnya. Itu timbul dari satu pertanyaan: "Bagaimana gue bisa memutuskan apakah kekompakan angkatan itu perlu atau tidak dalam mencapai kenyamanan kuliah di sini, kalau gue sendiri pun belum tahu atau belum pernah mengalami , gimana sih rasanya kekompakan dalam dunia kuliah itu sendiri ? Bagaimana seseorang bisa memutuskan apakah ia memerlukan air atau tidak di saat ia haus bila ia belum pernah mengalami atau merasakan sendiri bahwa air itu bisa menyegarkan dan menghilangkan dahaga ?" Secara sederhana, konsep ospek itu mungkin ingin mengenalkan kepada kita (…walaupun caranya salah, yaitu memaksa….) seperti apakah rasanya kekompakan dalam dunia kuliah itu. "Kaya gini lho rasanya kompak itu !" mungkin itulah kira-kira yang ingin disampaikan ospek kepada kita. Nah, dari pengalaman merasakan sendiri gimana rasanya 'kekompakan' itu di dalam ospek, pada titik itulah seharusnya kita (…yang terlanjur dipaksa ikut ospek ini) bisa menggunakan hak kebebasan kita untuk memutuskan jalan yang ingin kita tempuh selanjutnya. "Wah, ternyata kompak tuh enak ya…., kita jadi kenal satu sama lain, kita bisa bergaul dengan teman-teman di kampus, kenal senior, bisa ngadain kegiatan macem-macem, dsb…pokoknya kuliah jadi terasa nyaman deh!" Kalau itu yang kita rasakan, ya kita bisa memutuskan bahwa kita memang memerlukan kekompakan angkatan dalam menjalani kehidupan kampus ini, dan kita bisa melanjutkan lagi 'kekompakan' yang telah mulai dibentuk dalam ospek tsb. Sebaliknya, jika kita bilang, "Wah, apa enaknya kompak, bikin-bikin angkatan segala. Gue engga perlu lagi yang gitu-gitu deh . Lagi pula, gue udah punya temen-temen sendiri kok di luar kampus. Gue udah punya banyak kesibukan sendiri. Gue udah cukup bahagia dengan dunia-dunia gue sendiri di luar kampus kok! Yang penting dan yang gue perlukan di sini adalah gue bisa kuliah dengan nyaman. Itu aja!", itu berarti kita memang tidak memerlukan lagi kekompakan angkatan (…dan komunitas 'angkatan' itu sendiri) dan 'bebas-bebas saja' untuk 'melepaskan diri' dari 'kekompakan yang terlanjur dipaksakan' dalam ospek itu, kemudian kembali ke 'jalan'-nya sendiri. Kedua keputusan itu sama-sama baiknya karena itu memang hak tiap-tiap individu. Justru hal itu malah menjadi tidak baik jika teman-teman merasa 'dipaksa' untuk mengambil salah satu keputusan itu. Mengapa hal ini gue singgung…karena tahun depan giliran angkatan kitalah yang ambil bagian dalam semua kegiatan itu. Dan kalau misalkan kita 'menyalahkan' sistem-sistem sebelumnya, tradisi-tradisi sebelumnya, apakah kita nantipun akan kembali melanjutkan dan menjadi bagian dari 'kesalahan' itu ?
--------------------------------------------------------------------------------------------------
OK, sekarang kita kembali lagi ke topik semula. Tapi kali ini gue udah langsung masuk ke lingkup kegiatan-kegiatan angkatan TI'99. Jadi, buat temen-temen yang emang udah 'engga mau' atau 'engga perlu lagi' untuk ikut 'beraktif-aktif ria' dalam kegiatan-kegiatan angkatan, silahkan berhenti baca sampai di sini saja. Sekali lagi, buat temen-temen, engga perlu deh ngerasa 'engga enak hati' atau 'takut dianggap macem-macem' kalo emang temen-temen engga ikut aktif di kegiatan-kegiatan angkatan. Engga ada yang ngeharusin kok ! Aktifitas orang kan beda-beda, terserah pilihan jalan hidup masing-masing, OK? Ya udah, bacanya cukup sampai di sini aja. Terima kasih sudah mau menyimak opini gue sampai sejauh ini. Nah, buat temen-temen yang lain, yang memang merasa 'berkepentingan' dengan apa yang namanya 'angkatan TI'99' beserta kegiatan-kegiatannya, silahkan melanjutkan lagi membaca. Opininya belum selesai, temen-temen, semoga masih 'tahan' untuk mengikutinya…^_^!
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Tadi udah dibilang kalo apa yang namanya 'angkatan TI'99 beserta kegiatan-kegiatannya' itu adalah hak yang boleh temen-temen lakukan dan peroleh di TI Unpar ini kalau teman-teman memang memerlukannya. Sejak awal, kita membentuk angkatan TI'99 ini karena (seharusnya) didorong oleh keinginan kita sendiri juga untuk membentuk suasana kuliah yang enak buat kita bersama. Supaya suasana itu tetap terjaga baik, kita juga ngusahain bareng-bareng apa yang namanya 'kekompakan angkatan'. Kita sama-sama tahu kalo kompak tuh enak. Kompak tuh membuat kita bisa saling kenal, akrab satu sama lain. Kita jadi punya rasa solider ama temen, terus bisa ngelakuin banyak hal menyenangkan secara bareng-bareng juga.
Tapi sekali lagi, perlu kita sadari, kalau kompak yang bener-bener enak tuh 'kekompakan' yang emang tumbuh dari 'keinginan dan kesadaran', bukan 'kekompakan yang dipaksakan'. Kalo dipaksa-paksain sih, namanya kompak boong-boongan atuh! Seorang ketua angkatan juga dipilih bukan untuk memaksakan kekompakan itu, tetapi justru mengusahakan bagaimana supaya kekompakan angkatan tuh bener-bener bisa tumbuh, terbentuk karena 'kesadaran' temen-temen sendiri, karena temen-temen sendiri yang memang 'perlu, butuh, dan ingin' untuk jadi kompak.
Nah, temen-temen kan udah memutuskan untuk masuk ke dalam komunitas, ke dalam dunia yang namanya 'TI'99'. Temen-temen juga ingin mengusahakan bareng-bareng apa yang namanya 'kekompakan angkatan'. Karena itu, temen-temen juga berhak untuk memperoleh apa yang temen-temen inginkan di dalam 'angkatan' itu. Temen-temen boleh menyalurkan segala 'keinginan' temen-temen lewat wadah yang namanya 'angkatan' itu. Temen-temen boleh belajar bersosialisasi, belajar berorganisasi, menimba pengalaman yang sebanyak-banyaknya lewat berbagai kegiatan angkatan, dll yang berkaitan ama angkatan. (inget lho…berhak dan boleh, ..bukan wajib dan harus…)
Karena keinginan temen-temen juga beda-beda, kadang engga sejalan satu sama lain, maka di situlah seorang ketua angkatan berperan untuk menjaga agar engga ada hak seorang pun yang tertutupi di sini, berusaha mengakomodasikan semua keinginan temen-temen yang bermacam-macam itu sehingga semuanya bisa ngerasa puas menjadi bagian dari angkatan TI'99. Dan itu,… terus terang aja, engga gampang. Kadang-kadang gara-gara ada temen-temen yang keinginannya terpenuhi, tetapi di sisi lain ada yang engga, …lantas dianggapnya gue pilih kasih lah… atau KKN lah..atau apa lah. Padahal, gue sendiri udah berusaha sebisa-bisanya lho agar temen-temen tuh bisa ngerasa puas semuanya, bisa tersalurkan semua keinginannya. Cuma ya itulah, karena gue hanya seorang manusia biasa yang engga sempurna dan kemampuannya terbatas, pasti gue juga sering khilaf, sering salah, atau barangkali boleh disimpulkan bahwa….emang cuma segitu aja kemampuan gue. Mungkin kadang-kadang ada keinginan-keinginan yang terlewatkan oleh gue, atau mungkin kadang-kadang gue terlalu memaksakan ego atau idealisme gue sendiri. Untuk itulah, di sini gue mau bilang, "Tolong bantu gue, temen-temen!" Kalo kita emang butuh kekompakan angkatan, kalo kita emang pengen semua 'hal-hal yang kompak' itu, ayo, ….kita pikirin bareng-bareng, kita rencanain bareng-bareng. Ayo, kita usahain bareng-bareng apa aja yang bisa kita lakuin untuk 'kekompakan' itu. Kalo temen-temen memang punya 'keinginan', ayo ungkapkan aja, ayo salurkan aja……nanti kan kita bisa coba pikirkan bersama apakah keinginan itu bisa dijadikan kegiatan angkatan atau tidak.
Nah, di sini bedanya. Setelah masuk ke lingkup kegiatan angkatan (artinya lingkup orang-orang yang memang ingin aktif dalam kegiatan angkatan), ada pembatas yang namanya 'keinginan dan kepentingan bersama'. Karena 'angkatan TI'99' ini bukan punya satu atau dua orang saja, tetapi punya banyak orang yang memang ingin meleburkan diri menjadi bagian darinya. Seseorang engga bisa memaksakan keinginannya untuk dijadikan suatu kegiatan angkatan misalnya, kalau sebagian besar orang yang menjadi bagian dari angkatan itu sendiri engga menginginkannya. Mengapa ? Yang namanya kegiatan angkatan itu kan bakal dijalankan oleh orang-orang yang menjadi bagian dari angkatan itu sendiri. Nah , 'absurd' bukan bila kita menjalankan kegiatan yang kita sendiri sebenernya engga bener-bener menginginkannya, walaupun itu keinginan salah seorang atau sebagian kecil dari kita misalnya ? Tetapi yang namanya mengajukan usul atau keinginan sih tetep sah-sah aja sampai kapan pun. Temen-temen bebas-bebas aja bila punya ide, keinginan untuk diajukan menjadi kegiatan angkatan. Keputusan apakah nantinya kegiatan itu bisa jalan atau engga, kita kembalikan lagi kepada 'keputusan bersama' dari angkatan itu sendiri.
Satu hal lagi, semua yang menjadi 'bagian' dari angkatan TI'99 juga punya hak yang sama (bukan kewajiban) untuk ikut dalam setiap kegiatan angkatan. Engga ada yang ngelarang ataupun ngeharusin. Kalo engga mau, ya engga apa-apa…. Tapi kalo mau, pintu terbuka lebar-lebar buat siapa saja. Di angkatan kita tuh, engga ada lho yang namanya 'penguasa' yang berhak ngatur-ngatur siapa yang boleh dan siapa yang engga boleh ikut ini atau itu, termasuk yang namanya 'ketua angkatan' sekali pun. Pernah ada anggapan, bahwa selama ini gue 'KKN' dalam membentuk kepanitiaan-kepanitiaan angkatan. Nah, sekarang gue (…kalau boleh) ingin balik bertanya, ….sejak pertama kali kita mengadakan kegiatan angkatan sampai sekarang, pernahkah sekali aja… gue 'menunjuk langsung' atau 'memilih langsung' siapa-siapa aja yang jadi panitianya ? Kalau begitu, untuk apa gue repot-repot masuk ke kelas-kelas, mengadakan pemilihan wakil-wakil kelas, membuka pendaftaran-pendaftaran kepanitiaan lewat kertas yang disebarkan di kelas-kelas, dsb ? Kalo pengen gampangnya aja sih, tinggal pilih langsung aja, beres kan ? Tapi itu bukan cara atau jalan yang gue ingin tempuh. Terjaganya kesamaan hak tiap pribadi benar-benar sesuatu yang gue perjuangkan dalam kapasitas gue saat ini.
Di sini, gue juga engga mau berkesan hanya bisa membela diri aja, berkesan engga mau introspeksi dan bercermin. Gue sadar, mungkin gue juga khilaf. Walaupun gue engga milih langsung panitia, mungkin gue juga salah, karena gue engga bisa mengusahakan 'sistem pendafataran' kepanitiaan yang enak buat semua pihak. Mungkin sistem yang ada selama ini menyulitkan teman-teman untuk ikut aktif dalam kegiatan angkatan. Mungkin ada sebagian temen-temen yang sebenernya ingin banget masuk ke dalam suatu kepanitiaan, tetapi merasa sulit karena sistem yang ada kurang informatif misalnya, atau sebab-sebab lain yang seakan menjadi penghalang buat masuk. Nah, di sini gue juga perlu kerja sama dari temen-temen. Gue udah berusaha semaksimal mungkin agar setiap bagian dari TI'99 punya 'kesempatan yang sama', punya 'hak yang sama' untuk ikut dalam kepanitiaan. Tapi gue juga perlu yang namanya 'inisiatif' atau 'keinginan' dari temen-temen sendiri. Kesempatan sudah berkali-kali dibuka, ……tolong jangan didiamkan, jangan menunggu giliran untuk dipanggil atau disuruh-suruh. Ambil atau kejar setiap kesempatan yang terbuka lebar itu, dan bagaimanapun hasilnya nanti, itu tergantung lagi pada usaha dan keinginan dari temen-temen sendiri. Kalau temen-temen memang berusaha keras, memang punya niat yang kuat untuk aktif, gue yakin pastilah setiap kesempatan itu bisa temen-temen dapatkan.
Kita semua menyatukan diri menjadi satu angkatan TI'99 karena kita sendiri yang 'menginginkannya', kita sendiri yang 'memerlukannya'. Kita ingin mencari suasana kuliah yang senyaman-nyamannya, yang seenak-enaknya, dengan kekompakan yang kita usahakan itu. Kita juga ingin menggunakan hak-hak kita seluas-luasnya untuk menyalurkan setiap keinginan kita di dalam kegiatan-kegiatan angkatan, dunia yang ingin kita masuki bersama. Karena itu, marilah kita pikirkan bersama-sama, kegiatan-kegiatan angkatan yang bagaimanakah yang memang benar-benar bisa menyalurkan keinginan teman-teman di sini ? Yang benar-benar bisa membuat teman-teman merasa 'bahagia' melakukannya atau ambil bagian di dalamnya. 'Bisa membuat kita semua ngerasa puas dan bahagia',…itulah pada dasarnya tujuan dari setiap kegiatan angkatan yang kita jalani bersama.
Nah, gue rasa cukup sampai di sini dulu opini gue. Mungkin belum cukup mewakili semua yang menjadi masalah-masalah yang tercecer di tengah jalan selama ini, namun baru itu saja yang bisa gue punguti satu demi satu selama menyusuri perjalanan kita sampai saat ini. Gue mengajak teman-teman untuk menyusuri sendiri tapak-tapak itu, mencermati apa-apa yang tercecer di tengah jalan, dan mencerna semua itu dengan jalan pikiran masing-masing. Tetapi kalau engga mau repot-repot, cukup tanyakan pada diri sendiri, "Apakah gue bahagia di sini ? Apakah gue cukup puas dengan apa yang selama ini gue lakukan di sini ? Apakah yang gue lakukan, yang gue jalani selama ini, benar-benar apa yang gue inginkan ?" Pejamkan mata sejenak,…… renungkanlah semua itu dalam-dalam, ……pikirkan dengan cermat, …….rasakan dengan hati,……. tinggalkan yang salah dan raihlah yang benar bagi diri kita,………. lalu bukalah mata, lihatlah semuanya lebih jujur lagi, dan …..semuanya itu…. akan tampak lebih indah lagi ! Benar-benar dunia yang penuh terisi air yang menyejukkan, tanpa terselip bara-bara api di dalamnya !
Terima kasih setulusnya untuk waktu dan perhatian yang telah diberikan. Saya sangat menantikan komentar, kritik, opini , dan pengalaman pikiran-perasaan teman-teman sendiri dalam 'mengunyah' semua hal yang telah kita bicarakan di atas.
Salam Kompak,
kutang
|